A.
PERTUMBUHAN
DINASTI ABASIYAH
Pemerintahann
dinasti abasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasullulah SAW, sementara
khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.[1]
Dinasti
Abasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-Sahafah, dan
sekaligus sebagi khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung pada
waktu rentang yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M-
1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang
perna dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun) stelah meninggalnya Rasulullah
saw. Dengan mengatakan bahwa yang berhak adalah keturunan rasulullah dan
anak-anaknya.
Sebelum
berdirinya dinasti abasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, antara satu dengan yang lain memilki kedudukan tersendiri didalam
memainkan peranannya menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW,
Abas bin Abbdul Muthalib. Dari nama Al-abbas paman Rasulullah inilah nama ini
disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaymah, Kufah, dan
Khurasan. Humaimah merupakan tempat yang tentram, bermukim ditempat itu
keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan penukung Ali maupun pendukung keluarga
Abas. Kufah merupakan wilayah yang penduduknya merupakan penganut aliran Syiah,
pendudkung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani
Umayah. Khurusan memilki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian,
tidak terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang
menyimpang, disanalah diharapakan dakwa kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota
Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinanya bernama Al-imam
Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya dinasti
Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama
keluarga Rasulullah SAW. Para penerang dakwa Abbasiyah berjumlah seratus orang
dibawah para pemimpinya yang berjumlah dua belas orang dan puncak pimpinannya
adalah muhammad bin Ali. [2]
Adapun pendiri Dinasti Abbasiyah
adalah tiga orang yaitu :
1. IBRAHIM
AL-IMAM, seorang pembangun dan yang memperkokoh keluarga Bani Abbas. Namun ia
mati terbunuh sebelum Bani Abbas dapat memproklamirkan kedaulatannya.
2. ABU
ABBAS, seorang diangkat pertama kali sebagai khalifah dari keturunan Bani Abbas
dan yang memproklamirkan berdirinya daulat Bani Abbas digelari Assafah, yang
artinya pengancam. Mengancam siapa saja yang membelot. Juga bisa diartikan
pengalir darah, karena beliau memang berani dan mampu menghadapi golongan yang
akan akan memberontak kekuasaannya.
3. ABU
JA’FAR AL-MANSUR, seorang khalifah Bani Abbas yang memperkuat berdirinya
dinasti Abbasiyah.[3]
B.
PERKEMBANGAN
DINASTI ABBASIYAH
Selama dinasti
Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik,sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu para sejarawan bisanya membagi masa pemerintahan
dari Abbasiyah dalam empat priode yaitu :
1. Masa
Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (874 M).
2. Masa
Abbasiyah II, yaitu mulai khlaifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daulah Buwaihiyah
dibaghdad pada tahun 334 H (946 M).
3. Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M).
4. Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk kebaghdad tahun 447 H (1055 M)
sampai jatuhnya baghdad kebangsa mongol dibawah pimpinana Hulagu Khan pada
tahun 656 H ( 1258 M).[4]
a.
Pemerintahan
Abul Abbas Ash-Shaffah
Bani Abbasiyah
mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka memungkinkan dapat mencapai
hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang
besar, dan Abbasiyah yang pertama memanfaatkannya. Penggatian Umayyah dan
Abaasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat islam lebih dari sekedar
pengantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu titik
balik dan sama pentingnya dengan revolusi prancis, didalam sejarah barat.
Seluruh anggota
keluarga Abbas dan pimpinan umat islam menyatakan setia Abul Abbas Ash-Shaffah.
Sebagai Khalifah mereka.Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian
pindah ke Ambar, sebelah barat sungai
Eufrat dekat baghdad. Ia mengunakan sebagian besar dari masa
pemerintahannya untuk memerangi pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani
Umayah. Ia mengusir mereka kecuali Abdurahman, yang tidak lazma kemudian mendirikan
dinasti Umayah Dispanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan memutuskan mengahabisi
nyawa beberapa orang pembantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan
Ash-Shaffah hanya bertahan selama empat tahun sembilan bulan. Ia wafat pada
tahun 136 H Diambar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan
pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang, menyatakan
umur Ash-Shaffah ketika meningal dunia adalah 29 tahun.
b.
Para
Khalifah Dinasti Abbasiyah
Sebelum Abul
Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya yaitu
saudaranya Abu Ja’far, kemudian Isa bin Musa, keponakannya. Sistem pengumuman
putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti Umayyah. Dan satu hal yang baru lagi
bagi khalifah Abbasiyah, yaitu peakaian gelar. Abu Ja’far misalnya memakai
gelar Al-Manyur. Para Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 38 orang khalifah,
mereka adalah:
1. Abul
Abbas Ash-Shaffah (Pendiri) 749-754 M
2. Abu
Ja’far Al-Manshur 753-775 M
3. Abu
Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785 M
4. Abu
Muhammad Musa Al-Hadi 785-786
M
5. Abu
Ja’far harun Ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu
Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu
Ja’far Abdullah Al-Makmun 813-833
M
8. Abu
Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim 833-842 M
9. Abu
Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu
Fadl Ja’far Al-Mutawakil 847-861 M
11. Abu
Ja’far Muhammas Al-Munthasir 861-862
M
12. Abul
Abbas Ahmad Al-Musta’in 862-866
M
13. Abu
Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 866-869 M
14. Abu
Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870
M
15. Abul
Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 870-892
M
16. Abul
Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 892-902
M
17. Abul
Muhammad Ali-Muktafi 902-905 M
18. Abul
Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932
M
19. Abu
Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934
M
20. Abul
Abas Muhammad Ar-Radi 934-940 M
21. Abu
Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944 M
22. Abul
Qasim Abdullah Al-Mustaqi 944-946 M
23. Abul
Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 946-974
M
24. Abul
Fadl Abdul Karim At-Thai 974-991
M
25. Abul
Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031
M
26. Abu
Ja’far Abdullah Al-Qaim 1031-1075 M
27. Abul
Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul
Abas Ahmad Al-Mustadzir 1096-1118 M
29. Abu
Manshur Al-Fadl Al-Muytarisyid 1118-1135
M
30. Abu
Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136
M
31. Abu
Abdullah Muhammad Al-Muqtafi 1136-1160
M
32. Abul
Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170
M
33. Abu
Muhammas Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180
M
34. Abu
Al-Abbas Ahmad An-Nazir 1180-1225
M
35. Abu
Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226
M
36. Abu
Ja’far Al-Manshur 1226-1242
M
37. Abu
Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah 1242-1258
M
Pada masa bangsa
mongol dapat menaklukan baghdad tahun 656 H/1258 M, ada seorang pangeran
keturunan abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan
dengan gelar khalifah yang hanya berkuasa di bidang keagamaan dibawah kekuasaan
kaum Mamluk di cairo, Mesir tanpa kekuasaa duniawi yang bergelar Sultan.
Jabatan Khalifah yang dipandang keturunan Abbasiyah di mesir berakhir dengan di
ambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai
mesir pada tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah kekhilafahan Abbasiyah
untuk selama-lamanya.[5]
Khalifah Bani
Abbasiyah yang dimesir adalah sebagai berikut:
1. Al-Munthasir 1261-1261
M
2. Al-Hakim
I 1261-1302
M
3. Al-Mustakfi 1302-1340
M
4. Al-Wasiq 1340-1341
M
5. Al-Hakim
II 1341-1352
M
6. Al-Mutadid
I 1352-1362
M
7. Al-Mutawakkil
I 1362-1377
M
8. Al-Mu’tashim 1377-1377
M
9. Al-Mutawakkil
I 1377-1383
M
10. Al-Watsiq
II 1383-1386
M
11. Al-Mu’tashim 1386-1389
M
12. Al-Mutawakkil
I 1389-1402 M
13. Al-Musta’in 1406-1414 M
14. Al-Mu’tadid
1414-1441 M
15. Al-Mustakfi
II 1441-1451 M
16. Al-Qaim 1451-1455 M
17. Al-Mustanjid
1455-1479
M
18. Al-Mutawakkil
II 1479-1497 M
19. Al-Mustamsik 1497-1508
M
20. Al-Mutawakkil
III 1508-1516
M
21. AL-Mustamsik 1516-1517 M
22. Al-Mutawakkil
III 1517-1517
M[6]
c.
Perluasan
Dan Perkembangan Wilayah Pada Masa Daulah Abbasiyah
Pada masa
kerajaan Abbasiyah kekuasaan Islam bertambah luas dengan pusat kerajaannya di
Baghdad. Perluasan kekuasaan dan pengaruh islam bergerak ke wilyah timur asia
tengah, India dan perbatasan Cina. Imi terjadi pada masa khalifah Al-Mahdi
(158-169 M).
Penguasaan
Bizantium berlangsung dalam masa waktu yang lama. Pemyerangan Bizantium
terhadap Islam pada masa Khalifah Al-Mansur dapat ditangkis oleh tentara Islam
pada tahun 138 H. Pada tahun 165 H, di masa pemerinyahan khalifah Al-Mahdi umat
Islam berhasi memasuki selat Bosporus, sebuah selat di laut hitam, yang membuat
Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar Upeti. Pada masa dinasti Abbasiyah
ini wilayah Islam sangat luas, yaitu meliputi yang dikuasai Bani Umayyah,
antara lain: Saudi Arabia, Yamn Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat Arab,
Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina, Israel, Libanon, Mesir, Libya,
Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan.
Daerah-daerah
tersebut memang belum sepenuhnya dukuasai Bani Umayyah. Namun pada masa Dinasti
Abbasiyah perluasan daerah dan penyiaran Islam semakin berkembang sehingga
meliputi daerah: Turki, wilayah-wilayah Armenia, daerah sekitar laut Kaspia
(yang termasuk wilayah Uni Soviet) wilayah bagian barat India, Asia tengah dan
wilayah perbatasan Cina sebelah barat.
Seluruh
wilayah-wilayah yang memeluk agama Islam tersebut tidak seluruhnya dibawah
kekuasaa Bani Abbasiyah di Baghdad, seperti Andalusia (spanyol), Afrika Utara,
Mesir, Syam, serta India dan lainnya.[7]
C.
MASA
KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan. Secara politis
para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat da
ilmu pengetahuan dalam islam.
dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang
bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal ini tersebut dikarnakan
Dinasti Abbasiyah pada priode ini lebih menekankan pembinaan peradapan dan
kebudayaan islam dari pada perluasan wilayah. Disini letak perbedaan pokok
antara dinasti umayyah dan dinasti Abbasiyah.
Puncak
kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa
Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M).
Ketika Ar-Rasyid memerintah negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah,
keamanaan Terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai
dari Aprika utara hingga ke india.
Pada
masa hidupnya pula para filusuf, pujanga, Ahli baca Al-Quran dan para Ulama
dibidang Agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah,
didalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Khalifah Harun
Ar-Rasyid sebagai orang yang taat beragama, menunaikan ibadah haji tiap tahun
yang diikuti oleh keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama, dan
berderma kepada fakir miskin.
Pada
masanya berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu Al-quran, Qiraat,
Hadis, fiqih, ilmu kalam bahasa dan sastra. Empat mazhab berkembang pada
dinasti Abbasiyah. Imam Abu Hanifah (meningal di Baghdad 150 H/ 677 M) adalah
pendiri mazhab hanafi. Imam malik bin Anas banyak menulis hadis dan pendiri
mazhab maliki (wafat dimadina pada tahun 179 H/ 795). Muhammad bin Idris
Asy-Syafi’i (wafat dimesir pada tahun 204H/819 Syafi’i. Ahmad bin Hanbal
pendiri mazhab Hambali (wafat pada tahun 241H/855 M) disamping itu berkembang
pula ilmu filsafat, logika, metafisika, Astronomi, kedokteran, dan kimia.
Ilmu-ilmu
umum masuk kedalam Islam melalui terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab, disamping bahasa india. Pada masa pemeritahan Al-Makmun,
pengaruh Yunani sangat kuat, di antara para penerjemah yang mashur pada saat
itu adalah Hunain bin Ishaq, seorang kristen nestorian yang banyak
menerjemahkan buku-buku berbahas Yunani ke bahasa Arab. Ia menerjemahkan kitab
republik dari plato, dan kitab katagori, metafisika, makna moralia dari
Aristoteles.al-Khawarizmi (wafat 850 M) menyususn ringkasan astronomi
berdasarkan ilmu Yunani dan India.
Lembaga
pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan kemajuan yang
sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahas Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa bani
umayyah.disamping itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan oleh
beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
- Maktab/kuttab dan Masjid Yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak menegenala bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat-tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadis, fiqh dan bahasa.
- Terjadinya assimilasi antara bangsa dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
- Keberhasilan dakwa islam pada abad islam ketiga hijriah. Dengan keberhasilan dakwa pada masa ini terjadilah perbauran adat kebiasaan antara daerah-daerah perluasaan dengan arab dan bahasa arab menjadi bahasa percakapan bagi jutaan kaum muslimin.
- Stabilitas politik yang mantap dengan menekan bibit-bibit pemberontakan dan mendirikan kebebasan terhadap lapisan dan pekerja sehingga memperoleh dampak positif terhadap karya sastra.
- Kemajuan ekonomi pada masa ini terlihat pada kebebasan buruh dan petani dagan ikut sertanya dalam produksi.
- Berpindahnya ibukota dari damaskus ke baghdad.
Khalifah
Harun Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat didunia pada saat itu tidak
ada yang menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya serta
ketinggian kebudayaan dan peradapan yang berkembang dinegaranya.
Baghdad Sebagai Pusat Peradaban
Islam
Pada
mulanya ibukota negara adalah Al-Hasymiyah dekat Kufah. Namun, untuk
memantapakn dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu Al-Manshur
memindahkan ibukota ke kota yang beru dibagunnya, Baghdad dekat Ibu kota
Persia, Ctesiphon, pada tahun 762 M.
Sejak
awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai
kota Intlektual, menurutnya baghdad merupakan profesor masyarakat Islam.
Sebagai
Ibu Kota, Baghdad menapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun kota itu
belum lima puluh tahun di bangun. Kemegahan dan kemakmurantercermin di dalam
istana khalifah yang luasnya sepertiga dari kota Baghdad yang berbentuk bundar
itu dengan di lengkapi beberapa bangunan sayap dan ruang audensi yang
dilengkapi berbagai perlengkapan yang terindah. Kemewahan istana itu muncul
terutama dalm uoacara-upacara penobatan Khalifah, perkawinan, keberangkatan
haji, dan jamuan untuk para duta negara asing.
Dengan
demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai
pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam
berbagi bidang kehidupandapat disebutkan sebagai berikut.
- Bidang Agama
Kemajuan
di bidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu, yaitu ulumul Qur’an,
ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa, dan fiqh.
- Fiqh:
Pada
Dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain
sebagai berikut.
1) Imam
Abu Hanifah (700-767 M).
2) Imama
Malik (713-195
M)
3) Imam
Syafi’i (767-820
M)
4) Imam
Ahmad Bin Hanbal (780-855 M)
- Ilmu Tafsir
Perkembangan
Ilmu Tafsir pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Di
antara para ahli tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah adalah.
1) Ibnu
Jarir Ath-Thabari
2) Ibnu
Athiyah Al-Andalusi
3) Abu
Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
- Ilmu Hadis
Di
antara para ahli hadis di masa Dinasti Abbasiyah adalah
1) Imam
Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari
2) Imam
Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim
3) Ibnu
Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah
4) Abu
Dawud, karyanya Sunan Abu dawud
5) Imam
An-Nasa’i karyanya Sunan An-Nasa’i
6) Imama
Baihaqi
- Ilmu Kalam
Kajian
para ahli Ilmu Kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga, neraka,
serta perdebatan tentang ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yaitu
ilmu kalam atau teologi.
Diantara
tokoh ilmu kalam adalah :
1) Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari dan imam ABU Mansur Al-Maturidi,tokoh Asy’ariyah.
2) Washil
bin Atha, Abul Huzail Al-Huzail Al—Allaf (w. 849 M), tokoh Mu’tazilah.
3) Al-Juba’i.
- Ilmu Bahasa
Diantara
ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti
Abbasiyah adalah ilmu nahmu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi, dan
arudh. Bahsa Arab dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai
alat komunikasi antar bangsa.
Di
antara para ahli ilmu bahasa adalah :
1) Imam
sibawaih (w. 183 H),karyahnya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
2) Al-kiasi.
3) Abu
Zakaria Al-Farra (w.208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman lebih.
- Bidang Umum
Dalam
bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat,
logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar,
aritmetika,mekanika, astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.
- Filsafat
Kajian
filsafat dikalangan umat islam mencapai puncaknya pada masa daulah Abbasiyah,
diantaranya dengan penerjemahan filsafat yunani kedalam bahasa arab.
Para
filsuf islam antara lain :
1) Abu
Ishaq Al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
2) Abu
Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar
Al-Mualimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru kedua, sedangkan guru
pertama dalam bidang filsafat adalah Aritoteles.
3) Ibnu
Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang filsauf yang
menghidupkan kembali filsafat yunani aliran Aristoteles dan plato. Selain
filsuf Avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Di natara buku nya yang
terkenal adlah Asy-Syifa, dan Al-Qanun fi AthThib (Canon of Medicine).
4) Ibnu
bajah (w. 581 H)
5) Ibnu
Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy Bin Yaqdzan.
6) Al-Ghazali
(1058-1111 M) Al-Ghazali mendapat julukan Hujjatul islam. Karyanya antara lain
: Maqasid Alfalasifah, Al-munqid minadh
dhalal, Tahafut-Al Falasifah dan Ihya’ Ulumuddin.
7) Ibnu
Rusyd dibarat dikenal dengan Averros (1126-1198 M). Ibnu Rusyd, seorang
filusuf, dokter dari ulama. Karyanya antara lain : mabadi Al falasifah, Tahafud
At-Tahafud Al-Falasifah, Al-Kuliah fi Ath-Thib, dan Bidayah Al-Mujtahid.
- Ilmu kedokteran
Ilmu
kedokteran pada masa daulah Abbasiyyah berkembang pesat, rumah-rumah besar dan
sekolah kedokteran banyak didirikan.
Di
antara ahli kedokteran ternama adalah:
1) Abu
zakaria Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H), seorang ahli farmasi di rumah sakit
jundhisapur Iran.
2) Abu
bakar Ar-Razi (Rhazes) (864-932 M)
dikenal sebagai “Galien Arab”
3) Ibnu
Sina (Avicena), karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi Ath-Thib tentang
teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, canon of medicine.
4) Ar-Razi,
adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles,
arrazi adalah penulis buku kedokteran anak.
- Matematika
Terjemahan
dari buku-buku asing kedalam bahasa arab, menghasilkan karya dalam bidang
matematika. Dinatara ahli matematika islam adalah Al-Khawarizmi.
- Farmasi
Diantara
ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang
terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan ), Jami Al-Mufradat
Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
- Ilmu Astronomi
Kaum
muslimin menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa
seperti yunani, india, persia, kaldan, dan ilmu falak Jahilah. Di antara ahli
astronomi islam adalah
1) Abu
Mansur Al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah isbat Al-Ulum dan
Hayat Al-Falak.
2) Jabir
Al-Batani (w. 319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina Arbai
Al-Falak.
3) Raihan
Al-Biruni (w. 440 H). Karyanya adalah Al-Tafhim li awal As-Sina At-Tanjim.
- Geografi
Dalam
bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa Arab adalah
bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Di antara
wilayah pengembaraan umat islam adalah umat islam mengembara ke cina dan ke
Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam. Di antara tokoh ahli geografi
yang terkenal adalah:
1) Abul
Hasan Al-Mas’udi (w. 345 H/956 M), seorang penjelajah yang mengadakan
perjalanan sampai persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis buku Muruj
Az-Zahab wa Ma’adin Al-Jawahir.
2) Ibnu
Khurdazabah (820-913 M) berasal dari persia yang di anggap sebagai ahli
geografi Islam tertua. Di antara karyanya adalah masalik wa Al-Mamalik, tentang
data-data penting.
3) Ahmad
El-Yakubi, penjelajah yang pernah menlakukan perjalanan sampai Armenia, Iran,
India, Mesir, Maghribi dan menulis buku Al-Buldan.
4) Abu
Muhammad Al-Hasan Al-hamdani (w. 334 H/946 M) kayanya berjudul Sifatu Jazirah
Arab.
- Sejarah
Masa
dinasti Abbasiyah muncul tokoh-tokoh sejarah. Antara lain:
1) Ahamad
Bin Al-Yakubi (w.895 M) karyanya adalah Al-Buldan (negeri-negeri), At-Tarikh
(sejarah)
2) Ibnu
Ishaq.
3) Abdullah
bin Muslim Al-Qurtubah (w. 889 M), penulis buku Al-Imamah wa As-siyasah,
Al-Ma’arif, Uyunul Ahbar, dll.
4) Ibnu
Hisyam.
5) Ath-Thabari
(w.923 M) karyanya Al-Umam wa Al-Muluk.
6) Al-Maqrizi.
7) Al-Baladzuri
(w. 892 M) penulis buku-buku sejarah.
- Sastra
Para
tokoh sastra pada dinasti Abbasiyah adalah:
1) Abu
Nawas adalah seorang penyair salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita
humurnya.
2) An-Nasyasi,
penulis buku alfu Lailah (the Arabian Night), adalah buku cerita sastra Seribu
Satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan kedalam hampir seluruh bahasa
dunia.[8]
Bangunan Tempat Pendidikan Dan
Tempat Peribadatan
Di
antara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah
madrasah. Madrasah yang terkenal pada zaman itu adalah madrasah Nizhamiyah,
yang didirikan oleh Nizhan Al-Mulk seorang perdana mentri pada tahun 456-458 H.
Madrasah ini terdapat di banyak kota antara lain di Baghdad, Isfahan, Naisabur,
Basra, Tabristan, Hara dan Musol, selain madrasah juga terdapat Kuttab sebagai
lembaga pendidikan dasar dan menenga, majelis mudharah, sebagai tempat
pertemuan dan diskusi para ilmuwan, serta bait Al-Hikamah dan darul hikmah
sebagai perpustakaan.[9]
- FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN
Kebesaran,
keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya baghdad sebagai pusat pemerintahan
dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawah sungai Tigris, setelah kota
itudibumi hanguskan oleh tentara mongol dibawah hulagu khan pada tahun1258 M.
Semua bangunan kota termasuk istana emas tersebut dihancurkan pasukan mongol,
dan meruntuhkan perpustakaan yang merupakan bidang ilmu, dan membakar buku-buku
yang ada didalamanya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan
timur lenk, pada tahun1508 M, oleh tentara kerajaan safawi.
Menurut
W. Montgomery Watt yang dikutip oleh Samsul Munir Amin bahwa faktor yang
menyebabkan kemunduran Daulah Abbasiyah adalah :
1. Luasnya
wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan. Bersamaan dengan itu, tidak saling percaya dikalangan penguasa dan
pelaksan pemerintah sangat rendah.
2. Dengan
propesional angakatan bersenjata, ketergantungan khalifah pada mereka sangat
tinggi.
3. Keuangan
negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sangup memaksa
pengiriman pajak kebaghdad.
Sedangkan
menurut Badri Yatim yang dikutip oleh Samsul Munir Amin[10]
diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut.
- Persaingan antar bangsa
Pada
masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa.
Kecendrungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan
sejak awal khalifah Abbasiyah.
- Kemerosotan ekonomi
Khlifah
Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi. Bersamaan kemunduran
dibidang politik. Setelah khalifah mengalami priode kemunduran, pendapatan
negara menurun, dan dengan demikian terjadi kemerosotan dibidang ekonomi.
- Konplik keagamaan
Berbagai
aliran keagamaan seperti Mu’Tazilah, Syi’a, ahli sunah dll menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan
- Perang Salib
Perang
Salib merupakan sebab dari eksternal dari umat Islam.
- Serangan Bangsa mongol (1258 M)
Serangan
tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah.
- KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
Akhir
dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan 656 H/1258 M. Hulagu Khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari cina kebali ke pangkuannya. Baghdad di bumi hanguskan dan diratakan
dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya,
Al-Mu’tashim Billah di bunuh, buku-buku yang terkumpul di naitul hikmah dibakar
dan di buang ke sungai Tigris sehingga
berubahlah warna air sungai tersebut yang bersig jernih menjadi hitam kelam
karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.
Dengan
demikian lenyaplah dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam
percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.
KESIMPULAN
Dinasti
Abasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-Sahafah, dan
sekaligus sebagi khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung pada
waktu rentang yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M-
1258 MPada masa Dinasti Abbasiyah wilayah kekuasaan Islam semakin meluas.
Disamping wilayah yang pernah dikuasai oleh Bani Umayyah, juga meluas sampai ke
Turki, Armenia, daerah-daerah sekitar laut Kaspia, wilayah bagian barat India
Asia tengah, hingga wilayah perbatasan barat laut cina.
Pusat
peradaban Islam yang dibangun Dinasti Abbasiyah antara lain: Baghdad, Istafan,
Valencia dan Murcia. Dinasti Abbbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa
Khalifah HarunAr-Rasyid.
Bentuk-bentuk
peradaban Islam yang telah terwujud pada masa Dinasti Abbasiyah, selain tempat
peribadatan (masjid), dan tempat pendidikan(madrasah), juga berbagai ilmu
pengetahuan seperti: filsafat, kedokteran, farmasi, kimia, matematika, ilmu
perbintangan, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu bahasa.
faktor-faktor yang menyebabkan kemundurannya adalah:mPersaingan
antar bangsa, Kemerosotan ekonomi ,Konplik keagamaan, Perang Salib, Serangan
Bangsa mongol (1258 M).
Akhir
dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan 656 H/1258 M
DAFTAR PUSTAKA
Bosworth,
C.E, 1993, Dinasti-dinasti Islam, Bandung: Mizan
Hamka,
1981, Sejarah Umat Islam, Jakarta:
Bulan Bintang
Munir Amir, Samsul, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah
RI, Depag ,2002, Sejarah
kebudayaan Islam kelas 2 MAK, Jakarta: Direktorat Jenderal Keagamaan Agama
Islam
RI, Depag ,2002, Sejarah
kebudayaan Islam kelas 3 MAK, Jakarta: Direktorat Jenderal Keagamaan Agama
Islam
Yatim, Badri, 2010, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers
[1] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1981) hal. 102
[2] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010) hal. 138
[3] Depag RI, Sejarah kebudayaan Islam kelas 2 MAK, (Jakarta,
Direktorat Jenderal Keagamaan Agama Islam, 2002) hal. 12-13
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010) hal. 49-50
[5] Samsul Munir Amir, Op. Cit., hal. 140-142
[6] C.E Bosworth,, Dinasti-dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993) hal 29
[7] Depag RI, Op. Cit., hal. 52-53
[8] Samsul Munir Amir, Op. Cit., hal. 144-152
[9] Depag RI, Sejarah kebudayaan Islam kelas 3 MAK, (Jakarta,
Direktorat Jenderal Keagamaan Agama Islam, 2002) hal. 49
[10] Samsul Munir Amir, Op. Cit., hal. 154-156
bagus artikelnya..
BalasHapus