Senin, 27 Agustus 2012

SOSIOLOGI PENDIDIKAN



  SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A.    PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Kata Sosiologi berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan kata Yunani logos yang berarti cerita, di ungkapkan pertama kali dalam dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Camte (1798-1857). [1]
Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiologi hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya. Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.[2]
Adapun beberapa pengertian tentang Sosiologi Pendidikan adalah sebagai berikut:
  1. Sosiologi pendidikan adalah Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.[3]
  2. Sosiologi Pendidikan merupakan interpensi dan aplikasi prinsip-prinsip Sosiologi terhadap salah satu pranata sosial, yaitu pendidikan. Mempelajari struktur dan proses sosial yang terjadi dalam pranata pendidikan.
  3. Memusatkan perhatian pada kelembagaan pendidikan sebagai sub sistem sosial yang memiliki struktur, proses-proses kegiatan, dan pola-pola interaksi yang menentukan kehidupan lembaga pendidikan.
  4. Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
  5. Sosiologi khusus yang menyelediki struktur dan dinamika proses pendidikan.
  6. Ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.
  7. Mempelajari kelakuan sosial serta prinsi-prinsip untuk mengontrolnya.
  8. Studi komprenshif segala aspek pendidikan dari segi sosiologi yang diterapkan.
  9. Ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
  10. Ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan antara pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosisal.
  11. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar-mengajar dan mempelajari antara orang satu dengan orang lain.
  12. Menganalisis evolusi lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, pengaruh-pengaruh lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial-sosial dari tiap-tiap individu.
  13. Sebagai analisis ilmiah tentang interaksi antara manusia dalam sistem pendidikan, serta hubungan antara pendidikan sebagai sebuah institusi sosial dengan institusi-institusi sosial lain.[4]

  1. RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Adapun ruang lingkup Sosiologi Pendidikan adalah:
1.      Hubungan sistem pendidikan dan sistem sosial lain, hubungan sekolah dengan komuniti sekitarnya, hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan, dan hubungan pendidikan dengan masyarakat secara umum.
2.      Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik.
3.      Interksi edukatif dalam keluarga dan lingkungan terdekat, interaksi dalam lembaga pendidikan formal, interaksi edukatif lingkup pendidikan orang dewasa.
4.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat:
a.       Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b.      Hubungan sistem pandidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c.       Fungsi proses pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan staus quo.
d.      Hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status sosial.
e.       Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dsb.
5.      Hubungan antar manusia di dalam sekolah, mencakup:
a.       Hakekat kebudayaan sekolah dan perbedaannya dengan kebudayaan diluar sekolah.
b.      Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur disekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interksi informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok sosial lainnya.
6.      Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, mencakup:
a.       Peranan sosial guru-guru.
b.      Hakikat kepribadian guru.
c.       Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak.
d.      Fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
7.      Sekolah dalam masyarakat, meliputi:
a.       Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah.
b.      Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem sosial di luar sekolah.
c.       Hubungan antara sekolah dan mesyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.
d.      Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.[5]

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi micro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak abad ke -19. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) dalam bukunya Cour de phillosophie positive.
Pada awalnya sosiologi berada dalam ilmu filsafat yang dipandang sebagai satu-satunya ilmu untuk pengetahuan umum. Namun, ketika ada masalah yang terdapat dalam masyarakat yang ternyata tidak bisa dipecahkan dalam ilmu filsafat maupun ilmu-ilmu lainnya, maka kebiasaan untuk memisahkan sosiologi dari ilmu lainnya tampak dan terasa pada masa Revolusi di Eropa yang mengganas dalam Revolusi Prancis (1789-1799).[6]
Pada abad ke-19 ahli-ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk mempermudah pendidikan, maka lahirlah disiplin ilmu baru yang disebut sosiologi pendidikan.
Ditinjau dari perspektif sebab lahirnya sosiologi pendidikan adalah dikarenakan adanya perkembangan masyarakat yang cepat dan berakibat pada merosotnya peran pendidik, dan perubahan interaksi antarmanusia. Dikarenakan manusia tumbuh dan berkembang bukan disekolah melainkan di mmasyarakat.[7]
Pelopor sosiologi pendidikan, dalam artian yang formal, adalah John Dewey dengan bukunya yang berjudul School and Society yang terbit pada tahun 1899, dalam mana beliau menekankan pendapatnya mengenai sekolah sebagai institusi sosial. Pada waktu itu beberapa ahli ilmu pendidikan dan sosiologi menekankan pentingnya peranan sosiologi bagi pendidikan.
Tokoh-tokoh seperti misalnya: A.W Small, E.A Kirkpatrick, C.A Ellwood, Alvin Good dan S.T Dutton mempersoalkan betapa pentingnya menghubungkan pendidikan dan pengalaman anak dalam keluargan dan masyarakat. Sekali lagi, terbitnya karya John Dewwey yang sangat terkenal adalah Democracy ana Education pada tahun 1916, lebih mendorong timbulnya sosioogi pendidikan. Dalam tahun 1920-an F.R Clow, David Snedden, Ross Finney, C.C Peters, C.L Robins, E.R Groves dan lain-lain meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial pendidikan.
Kuliah sosiologi pendidikan pertama kali diberikan Oleh Henry Suzzalo pada tahun 1910 di Teachers College. Universitas Columbia. Tetapi pada tahun 1917 terbit textbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya Walter R. Smith dengan judul Introduction to Educational Sociology. Pada tahun 1916 di Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan Sosiologi Pendidikan. Himpunan untuk sosiologi pendidikan dibentuk pada kongres himpunan soisologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun itu diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1928 terbitlah The Journal of Education Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah Socioal Education  mulai terbit dalam tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam review of education serch dimuat pula artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan sosiologi pendidikan. [8]
Perkembangan sosiologi pendidikan di inggris telah dimulai dengan diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur London Uiversity Institute of Education, 1937. Clarke menyadari kontribusi yang mungkin dan dapat diberikan sosiologi kepada perkembangan pemikiran pendidikan. Terutama Clarke, begitu yakin bahwa pendidikan harus direncanakan sebagaimana terdapat pada bukunya yang berjudul Education and Social Change. Begitu juga, Mannheim menetap dilondon dan menjadi dosen sosiologi pada Fakultas Ekonomi london. Seperti halnya Durkheim, Mannheim juga sangat tertarik pada dunia sosiologi, dan dia memasuki dunia pendidikan sebagai seorang ahli sosiologi. Akibatnya dia melihat pendidikan sebagai seorang ahli sosiologi. Akibatnya dia melihat pendidikan sebagai salah satu elemen dinamis dalam sosiologi. Merupakan suatu teknik sosial, dan alat pengendalian sosial. Dalam hal ini Mannheim mengatakan “ ahli sosiologi tidak memandang pendidikan semata-mata sebagai alat merealisasikan cita-cita abstrak suatu kebudayaan (seperti humanisme) atau sebagai alat pengalih spesialisasi teknis, tetapi sebagai suatu bagian dalam proses mempengaruhi manusia. Pendidikan hanya dapat dipahami dengan mengetahui untuk masyarakat apa dan untuk posisi sosial apa sesunggunya murid-mrid mendidik,”
Selama tahun 1943-1945, London University Institute of Education menyelegarakan sejumlah konferensi mengenai sosiologi dan pendidikan pada koferensi-koferensi dimaksud. Mannhmein dan Clarke sama-sama memberikan andil yang berarti. Selama beberapa tahun sisanya dekade itu, muncul begitu banyak buku-buku pendidikan yang berpijak dan diwarnai sudut pandang sosiologi. Pada 1945, setelah setahun wafatnya Mannheim Clarke menerbitkan bukunya itu, secara lebih jauh dikembangkan tema prencanaan itu yag diperbandingkan dengan masyarakat pendidikan zaman plato. Suatu yang diperbandingkan dengan masyarakat pendidikan (lembaga pendidikan), menurut Clarke tujuan pokoknya untuk mencetak corak warga negara ke arah yang lebih baik. Untuk itu masyarakt pendidikan perlu sadar mengarakan sejumlah aktivitasnya dan mengorganisasikan sejumlah departemenya, sebagai suatu pandangan guna mengembangkan corak dan watak warga negara.
Di indonesia, pada 1967, sosiologi pendidikan diberikan pertama kali di IKIP Negeri Yokyakarta Jurusan Didaktik Kurikulum. Ditinjau dari usianya, lapangan penelitiannya serta struktur dan prosesnya, sosiologi pendidikan merupakan displin yang masih sangta mudah. Ilmu ini makin lama makin berkembang menuju kepada statusnya yang lebih pasti dan memiliki lapangan penelitian tersendiri.[9]

  1. TUJUAN DAN KEGUNAAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Ada beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan antara lain:
1.      Sosiologi Pendidikan sebagai proses analisisi sosialisasi
Di antara ahli sosiologi pendidikan beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang studi. Mereka mengutamakan proses bagaiman kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan individu. Francis Brown antara lain mengemukakan bahwa “sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya”.
2.      Sosiologi  Pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubugan sosial antara sekolah dengan bebagai aspek masyarakat. Penaganut konsep ini misalnya menyelidiki hubungan antara masyarakat perdesaan atau lingkungan tertentu dikota dengan sekolah rendah dan menegah.
3.      Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial disekolah dan antara sekolah dan masyarakat  
Disini diusahkan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang didalam sekolah dan kelompok-kelompok diluar sekolah.
4.      Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan kepuncak yang setinggi-tingginya.
5.      Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
Sejumlah ahli memandang sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara obyektif mereka mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.      Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
Sejumlah ahli merumuskan sosiologi pendidikan sebagai aplikasi sosilogi terhadapat masalah-masalah pendidikan.
7.      Sosiologi pendidikan sebagai latiahan sebagai petugas pendidikan.
Menurut F.G. Robins dan Brown dengan sosiologi pendidikan dimaksud ilu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamanya.[10]
Adapun tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia adalah:
1.      Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual. Dengan begitu, sekolah harus bisa menjadi suri teladan di dalam masyarakat sekitarnya dan lebih luas lagi, atau dengan singkat mengadakan sosialisasi inttelektual untuk memajukan kehidupan didalam masyarakat.
2.      Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk mengembangkan keperibadian anak.
3.      Untuk mengetahui pembinaan ideologi pancasila dan kebudayaan nasional indonesia dilingkungan pendidikan dan pengajaran.
4.      Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat disekitarnya agar pendidikan mempunyai kegunaan praktis didalam masyarakat dan negara seluruhnya.
5.      Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa menstimulus pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.
6.      Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pendidikan.
7.      Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk mengadakan sosiologi prilaku dan kepribadian anak didik.[11]
Kegunaan Sosiologi Pendidikan adalah memberikan gambaran atau pengertian tentang berbagai problem pendidikan, asal-usul atau sumber terjadinya problem dalam pendidikan.[12]
Sosiologi Pendidikan berguna memberi penjelasan pada problem pendidikan yang   terjadi, dan bagaimana solusi untuk mengatasi segala problem pendidikan yang  bersifat buruk. Sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
















KESIMPULAN
Sosiologi pendidikan adalah Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Ruang lingkup Sosiologi Pendidikan meliputi:  Hubungan sistem pendidikan dan sistem sosial, pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik, interksi edukatif dalam keluarga dan lingkungan terdekat, pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik, hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam sekolah, pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, sekolah dalam masyarakat.
Sosiologi Pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi micro (micro sociology) yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai melepaskan diri dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak abad ke -19. Istilah sosiologi pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) dalam bukunya Cour de phillosophie positive.
Kuliah sosiologi pendidikan pertama kali diberikan Oleh Henry Suzzalo pada tahun 1910 di Teachers College. Universitas Columbia, Di indonesia, pada 197, sosiologi pendidikan diberikan pertama kali di IKIP Negeri Yokyakarta Jurusan Didaktik Kurikulum.
Tujuan sosiologi pendidikan meliputi: Sosiologi Pendidikan sebagai proses analisisi sosialisasi, Sosiologi  Pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah , 2011, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Raja Wali Pers
M Setiadi, Elly dkk, 2011, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Nasution, S, 1999, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta
Karoma dkk, 2009, Sosiologi Pendidikan, Palembang: IAIN Raden Fatah Pers
Vembriarto, ST, 1987, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Paramita



[1] Elly M Setiadi dkk, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hal. 1-2
[3] ST Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, ( Yogyakarta: Paramita, 1987) hal. 2
[4] Karoma dkk, Sosiologi Pendidikan, (Palembang: IAIN Raden Fatah Pers, 2009) hal. 13-15
[5] Karoma dkk, Ibid., hal. 15-16
[6] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Wali Pers,  2011) hal. 6-7
[7] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). Hal. 9
[8] ST Vembriarto, Op. Cit., hal. 8-10
[9] Abdullah Idi, Op. Cit., hal. 11-18
[10] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bumi Aksara: Jakarta, 1999) hal. 2-4
[11] Abdullah Idi, Op. Cit., hal. 22-23

PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM (Turki Muda)


  1. Latar belakang Berdirinya Turki Muda
Sultan Abdul Hamid setelah dibubarkannya parlemen dan hancurnya gerakan Usmani Muda terus memerinyah dengan kekuasaannya dengan absolute. Kebebasan berbicara dan menulis tidak ada. Dalam menentang lawan ia memakai kekerasan, sehingga pengaranpengarang yang memberikan sifat tirani kepadanya, yamg menyokong sultan dalam pemerinthan  absolute dan kekerasan hanya beberapa pembesar kerajaan Usmani saja.
            Rasa tidak senang timbul bukan hanya dikalangan intelegensia saja, tetapi juga golongan pegawai sipil dan kemudian juga dikalangan kaum militer. Bahakn di perguruabn-perguruan tinggi rasa tidak sengang itu  juga kelihatan meluap keluar.
            Dalam suasana seperti itulah timbul gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintahan absolute sultan abdul hamid. Sebagai halnya dimasa lampau dengan sultan abdul aziz. Oposisi dilakangan perguruan tinggi, mengambil bentuk perkumpulan rahasia. Dikalangan intelegensia pemimpin-pemimpinnya lari keluar negeri dan disana melanjutkan oposisi mereka. Gerakan dikalangan militer  menjelma bentuk komite-komite rahasia. Oposisi yang berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan Turki Muda. [1]
  1. Periode Turki Muda 
Ide perjuangan Turki Muda, antara lain dikemukakan oleh tiga pemimpin, Ahmed Riza (1859-1931), Mehmed Murad (1853-1912), dan Pangeran Sabahuddin (1877-1948).
Ahmed Riza adalah seorang bekas anggota parlemen pertama bernama injiliz ali. Di masa mudanya Ahmed Riza pernah berkunjung ke desa-desa di Turki dan kemelaratan yang di derita kaum petani menusuk hatinya. Ia pernah bertekad akan melanjutkan studi di sekolah pertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha mengubah nasib kaum petani yang malang itu. Studi mengenal pertanian dilanjutkan di Paris. Selama di Prancis Ahmed Riza banyak membaca buku. Oleh karena itu ia berpendapat jalan yang harius ditempuh untuk menyelamatkan kerajaan Usmani dari keruntuhan ialah pendidikan positif dan bukan teologi atau metafisika.[2]
Adanya dan terlaksananya program pendidikan yang baik berhajat pada pemerintahan konstitusional. Pemerintahan konstitusional tidak bertentangan dengan Islam, karena dalam Islam terdapat ajaran musyawarah dan musyawarah adalah dasar pemerintahan konstitusional. System musyawakrah dijalankan bukan hanya oleh Nabi Muhammad saw tetapi juga oleh Abu Bakar, Umar dan khalifah-khalifah lain. Dalam memorandum yang ia diterbitkan di Eropa Ahmed Riza mengajak sultan Abdul Hamid supaya mengubah sikap dan politik, dan menghidupkan pemerintahan kostitusioanal agar pecahnya revolusi di kerajaan Usmani dapat di elakan.
Pangeran Sabahuddin dari pihak bapak adalah salah seorang cucu dari Sultan Mahmud II dan dari pihak ibu adalah keponakan Sultan Abdul Hamid. Ibunya bersaudara dengan Sultan. Sabahuddin ikut lari dengan ibu bapaknya menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid. Mereka pergi ke Eropa.
Di paris Sabahuddin dipengaruhi oleh pemkiran-pemikiran dalam bidang sosiologi dan problema yang dihadapi oleh kerajaan Usmani ia ditinjau dari sudut sosiologi. Yang diperlukan ialah perubahan sosial, dan bukan penggantian Sultan. Masyarakat Turki sebagai masyarakat timur lainnya mempunyai corak kolektif dan masyarakat kolektif tidak mudah berubah dan menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak bisa percaya pada diri sendiri dan oleh karena itu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa bergantung pada kelompoknya, baik kelompok itu berbentuk keluarga maupun suku bangsa, pemerintahan dan sebagainya. Masyarakat yang dapat maju ialah masyarakat yang anggotanya tidak banyak tergantung pada orang lain, tetapi sanggup berdiri sendiri dan berusaha sebdiri untuk mengubah keadaannya.
Selama masyarakat turki masi bersifat kolektif, sultan tetap mempunyai kekuasaan absolut. Sebagai jalan sementara dalam megatasi kekuasaan absolute itu, yaitu sebelum corak masyarakat Turki berubah, ia menganjurkan supaya diadakan desentralisasi dalam bidang pemerintahan. Daerah-daerah di beri otonomi dan system otonomi itu sebaiknya dilaksanakan sampai tingkat desa.
Jalan yang ampuh unutk mengubah sifat masyarakat dari kolektif menjadi individual adalah pendidikan. Rakyat turki harus di didik atau dilatih dapat berdiri sendiri untuk mengubah nasibnya. Salah satu jalan lain lagi ialah mengubah system hak milik dan kolektif menjadi system hak milik pribadi. Dengan demikian anggota masyarakat tidak banyak lagi bergantung pada kelompok-kelompoknya.
Pangeran Sabahuddin juga menerbitkan majalahnya sendiri yang diberinya nama Tarekki (kemajuan).
Pemikir ketiga, Mehmed Murad berasal dari kaukus dan lari ke Istanbul di tahun 1873 setelah gagalnya pemberontakan Syaikh Syamil didaerah itu. Ia belajar dirusia dan disanalah ia berjumpah dengan ide-ide barat, tetapi ajaran-ajaran islam masih mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiranya. Ia mencoba member nasehat kepada sultan agar diadakan perubahan-perubahan dalam system pemerintahan, tetapi ditolak dan akhirnya ia juga terpaksa lari keeropa. Sebagai Ahmed Riza dan sabahuddin, ia juga menerbitkan majala dengan nama Mizan (Timbagan).
Mehmed Murad mempunyai paham pan-islam. Ia melihat bahwa salah satu sebab bagi kelemahan kerajaan Usmani adalah renganganya hubugan istabul dengan daerah-daerah lain, terutama yang beradaa dibawah kekuasaan Turki. Ia ingin menghidupkan kembali rasa saling percaya antara pemerintahan pusat dan daerah.
Sesungguhnya ada perbedaan pandangan dan politik anatar ketiga pemuka diatas beserta pengikut masing-masing, mereka sepakat untuk menguligkan sultan Abdul Hamid. Keputusan ini diambil setelah diadakan dua kali konferensi dieropa, yang terakhir pada tahun 1907 diparis.
Dalam pada itu ditanah air itu ssendiri gerakan digologan militer dengan komite-komite atau sel-sel  rahasia mereka, mulai meningkat. Di damaskus terdapat komite tanah iar dan kemerdekan yang mempunyai cabang-cabang antara lain di Yaffa dan di Yerusalem. Mustafa Kemmal yang kemudian dikenal dengan panggilan atturk, adalah salah satu pemimpinnya. Komite atau sel serupa berdiri di tempat-tempat lain sepert Salonika, Masedonia dan Edirne. Tetapi yang termasyhur  di antara semua itu adalah ittihad ve   Terekki (Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan).
Di tahun 1908 Bataliyon III yang berada di Masedonia dan Bataliyon II di Edirne mulai berontak. Tentara di Salonika, Monastiri dan Anatolia turut pula berontak. Di antara perwira-perwira tinggi yang turut memegang pimpinan pemberontakan terdapat Enver Bey dan Ahmed Niyazi. Dalam suasana demikian perkumpulan persatuan dan kemajuan muncul ke depan dengan terang-terangan, dan menuntut dihidupkan kembali kontitusi 1876. Dalam pada itu diambil keputusan akan menggulingkan sultan abdul hamid dan seribu tentara menyerbu Istanbul. Terhadap ancaman yang demikian sultan abdul hamid mengambil keputusan menghidupkan kembali konstitusi 1876 untuk menyelamatkan kedudukanya sebgai sultan.
Pemilihan umum diadakan dan terbentuklah parlemen baru. Sebagai ketua dipilih Ahmed Riza dari perkumpulan persatuan dan kemajuan. Turki muda, dengan berhasilnya pemberontakan mereka terhadap kekuatan absolut sultan Abdul Hamid, turut memegang kekuasaan. Didalam parlemen terdapat dua fraksi, fraksi liberal yang menghendaki desentralisasi dan pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah. Dengan politik ini mereka bermaksud untuk dapat mempertahankan utuhnya kesatuan Kerajaan Usmani. Fraksi yang satu lagi ingin mempertahankan sentralisasi dengan unsure Turki sebagai pemegang kekuasaan pusat. Fraksi ini dipengaruhi ole hide nasionalisme.
Di daerah pusat sendiri, rakyat masih banyak yang setia kepada sultan, sebagai Khalifah dan Sultan Abdul Hamid juga tidak tinggal diam. Dari golongan ulama dan tarekat Bektasyi. Timbul pula kritik terhadap politik pembaharuan Turki Muda yang banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran barat. Mereka membentuk suatu organisasi yang bernama persatuan Islam dibawah pimpinan Vahdeti Murad Bey. Tujuannya ialah membela syariat yang menurut mereka telah mulai di abaikan dan di indahkan oleh golongan Turki Muda. Di daerah-daerah bukan Turki mulai pula muncul perasaan nasionalisme.
Kedudukan pemerintahan Turki Muda memang tidak kuat dan kesempatan ini dipakai Sultan Abdul Hamid untuk mengembalikan kekuasaannya. Tetapi Enver Pasya dengan Batalyon III masuk Istambul dan merampas kekuasaan. Sultan Abdul Hamid dijatuhkan pada tahun 1909 dan diganti oleh saudarnya, Sultan Mehmed V.
Di tahun 1912 diadakan pemilihan baru dan kali perkumpulan persatuan dan kemajuan (Ittihad ve terekki) memperoleh kemenangan besar. Parlemen mereka kuasai dan kantor pusat organisasi pun yang selam ini di Salonika mereka pindahkan ke Istambul. Setahun kemudian golongan militer dari perkumpulan persatuan dan kemajuan (Ittihad ve terekki). Menggantikan golongan politisi dalam menguasai pemerintahan. Kekuasaan terletak di tangan tiga serangkai: Enver pasya, Talat Pasya dan Jemal Pasya.
Enver Pasya dalah tamatan dari pergururn tinggi militer, dan kemudian pernah menjadi atase militer di Berlin dan Menteri Pertahanan. Jemal Pasya juga bersekolah di pergururan tinggi militer, pernah menjadi panglima daerah Syria, Gubernur militer Istambul dan Menteri Angkatan Laut. Talat Pasya pada mulanya adalah pegawai dikantor telegraf erdine, kemudian menjadi sekretaris jawatan pos dan telegraf disalonika. Selanjutnya ia menjadi Menteri dalam Negeri dan kemudian Perdana Mentri.
Dalam lapangan pembaharuan, perkumpulan persatuan dan kemajuan membawa perubahan-perubahan dalam bidang administrasi yang kemudian menjadi kerangka bagi pemerintahan local dan daerah dari Turki zaman sekarang. Adminnistrasi kota Istambul juga mengalami pembaharuan. Transport umum diadakan, demikian pula Brigade Kebakaran. Organisasi kekuatan polisi disesuaikan dengan kebutuhan zaman Modern.
Dalam bidang ekonomi langkah-langkah yang mengarah kepada Ekonomi nasional di ambil atas inisiatif pemimpin-pemimpin perkumpulan Persatuan dan Kemajuan. Perdagangan yang umumnya diadakan di tangan orang asing mulai berpindahan ke tangan orang-orang Turki.
Pendidikan mendapat perhatian khusus. Sekolah-sekolah dasar menengah baru didirikan untuk mengatasi kebutuhan pada tenaga guru dibuka pula sekolah-sekolah guru.Universitas Istambul. Diperbaharui organisasinya. Pintu sekolah-sekolah sampai Universitas dibuka bagi kaum wanita dan munculah dokter-dokter, hakim-hakim dan sebagainya dikalangan wanita Turki.
Pakaian pun mengalami perubahan. Bukan kaum pria saja bahkan kaum wanita turki juga mulai memakai pakaian eropa. Makamah syariat diletakan dibawah kementerian kehakiman dan undang-undang perkawinan baru lebih menguntungkan bagi kaum wanita diadakan. Dalam undang-undang baru itu, mereka umpamanya diberi hak cerai.
Dalam bidang publikasi kemajuan cepat diperoleh, surat-surat kabar dicetak sampai mencapai 60 ribu kopi, karena jumlah pembaca bertambah besar, majalah-majalah baru timbul dibidang sastra.[3]
Dengan bertambah banyaknya surat kabar dan majalah yang ditebitkan dan dibaca oleh rakyat turki, ide-ide barat makin bertambah dikenal oleh masyarakat dan makin bertambah besar pengarunya kepada golongan terpelajar di Turki.














KESIMPULAN

Usmani Muda pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan di tahun 1867 dengan tujuan mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Pemikir terkemuka Usmani muda adalah Namik Kemal (1840-188). Yang dikehendaki Namik Kemal adalah pemerintahan demokrasi dan pemerintahan serupa ini menurut pendapatnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Di antara ide-ide yang lain yang dibawa Namik Kemal terdapat cinta tanah air. Tanah air yang dimaksud  ahli piker itru bukanlah tanah air Turki, tetapi seluruh daerah kerajaan Usmani
Ide perjuangan Turki Muda, antara lain dikemukakan oleh tiga pemimpin, Ahmed Riza (1859-1931), Mehmed Murad (1853-1912), dan Pangeran Sabahuddin (1877-1948).
Kedudukan pemerintahan Turki Muda memang tidak kuat dan kesempatan ini dipakai Sultan Abdul Hamid untuk mengembalikan kekuasaannya. Tetapi Enver Pasya dengan Batalyon III masuk Istambul dan merampas kekuasaan. Sultan Abdul Hamid dijatuhkan pada tahun 1909 dan diganti oleh saudarnya, Sultan Mehmed V.
Di tahun 1912 diadakan pemilihan baru dan kali perkumpulan persatuan dan kemajuan (Ittihad ve terekki) memperoleh kemenangan besar.
Dalam lapangan pembaharuan, perkumpulan persatuan dan kemajuan membawa perubahan-perubahan dalam bidang administrasi, ekonomi, pendidikan, pakaian, publikasi.



DAFTAR PUSTAKA

Hamid Abdul, 2010, Pemikiran Modern dalam Islam, Bandung: Pustaka Setia
            Hamka, 2005, Sejarah Umat Islam, Singapura: Pustaka Nasional
            Martini Eka, 2011, Pemikiran Modern dalam Islam, Palembang: IAIN Raden Fatah
            Nasution Harun, 2003, Pembahauan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan dan Bintang


                [1] Abdul Hamid, ibid., hlm. 162                                                                            
[2] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 2005), hlm. 95
[3] Harun Nasution, op. cit., hlm 111-118